Data kependudukan bentengi kanker serviks

Data kependudukan perangi  kanker serviks

Di era digital ini, data menjadi sumber daya yang vital di berbagai bidang, termasuk kesehatan. Data kependudukan, yang memuat informasi vital tentang penduduk suatu wilayah, memainkan peran krusial dalam menjawab berbagai tantangan kesehatan masa depan.

Data kependudukan dapat membantu pemerintah dalam memastikan semua orang memiliki akses yang sama terhadap layanan kesehatan. Dengan mengetahui distribusi penduduk, lokasi fasilitas kesehatan, dan kebutuhan kesehatan masyarakat, pemerintah dapat menargetkan pembangunan dan pendistribusian sumber daya kesehatan secara lebih efektif.

Tak terfikirkan jika data kependudukan ini belum terciptakan, lantas bagaimana pemerintah serta layanan kesehatan mengetahui berapa kapasitas penyakit yang sudah beredar di kalangan masyarakat? Berapa obat yang akan dibutuhkan oleh masyarakat? Bagaimana upaya menindak lanjuti tanpa mengetahui kapasitas yang terpapar? 

Setiap wanita beresiko terkena penyakit kanker baik kanker payudara maupun kanker serviks atau kanker leher rahim. Data Global Burden Of Cancer Study (Globocan), menyebutkan di tahun 2018 terdapat 18,1 juta kasus baru dengan angka kematian sebesar 9,6 juta kematian, dimana 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 6 perempuan di dunia mengalami kejadian kanker. Data tersebut juga menyatakan 1 dari 8 laki-laki dan 1 dari 11 perempuan meninggal karena kanker.

Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia (136,2 per 100.000 penduduk) berada pada urutan ke- 8 di asia tenggara, sedangkan di asia urutan ke 23. Angka kejadian kanker untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk.

Berdasarkan data Riskesdas, prevalensi tumor/ kanker di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan dari 1,4 per 1000 penduduk di tahun 2013 menjadi 1,79 per 1000 penduduk pada tahun 2018. Prevalensi kanker tertinggi adalah di provinsi DI Yogyakarta 4,86 per 1000 penduduk, diikuti Sumatera Barat 2,47 per 1000 penduduk. Dua jenis kanker terbanyak di Indonesia yaitu kanker payudara dan kanker leher rahim atau kanker serviks.

Kanker merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar di Indonesia dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Data Globocan tahun 2020 mencatat total kasus kanker di Indonesia pada tahun 2020 mencapai 396.914 kasus dan total kematian sebesar 234.511 kasus.

Kanker payudara memiliki jumlah kasus baru tertinggi di Indonesia sebesar 65.858 kasus atau 16,6 % dari total 396.914 kasus kanker. Kanker serviks ( leher rahim) menempati urutan kedua dengan jumlah 36.633 kasus atau 9,2% dari total kasus kanker.

Menurut Yayasan Kanker Indonesia (YKI), salah satu penyebab tinggibya kasus kanker di Indonesia adalah kondisi lingkungan yang terus menghasilkan bahan karsinogenik, seperti rokok, daging olahan dan sebagainya. Penyebab lain juga mempengaruhi seperti kebiasaan bergadang, kurang olahraga dan makan terlalu banyak.

Kementerian kesehatan telah melakukan beberapa upaya seperti detekai dini kanker payudara dan kanker serviks pada wanita lansia 30-50 tahun dengan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) dan inspeksi visual asetat (IVA).

Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari seviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksterna. Penyebab kanker serviks diketahui adalah cairan HPV ( Human Papiloma Virus) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18.

Deteksi dini lesi pra kanker terdiri dari berbagai metode :

1. Inspeksi visual asetat (IVA)

2. Papsmear

3. Test DNA HPV

Pemeriksaan sitologi papsmear digunakan sebagai skrinning, sedangkan pemeriksaan histopatologi sebagai konfirmasi diagnostik.

 Faktor Risiko kanker serviks

Adapun Faktor resiko terjadinya kanker serviks antara lain: aktifitas seksual pada usia muda, keinginan seksual dengan multipartner, merokok, mempunyai anak banyak, sosial ekonomi rendah, memakai pil KB (dengan HPV negative/ positif), pasien dengan gangguan imunitas.

Data Globocan 2020 menunjukkan bahwa terdapat 36.633 kasus baru dan 21.008 kematian akibat kanker serviks di Indonesia setiap tahunnya. Ini bukti bahwa data kependudukan sangat dibutuhkan untuk kinerja pelayanan kesehatan.

Data kependudukan merupakan alat yang penting dalam memerangi kanker serviks. Dengan memanfaatkan data ini secara optimal, pemerintah, organisasi kesehatan, dan masyarakat dapat bekerja sama untuk meningkatkan deteksi dini dan pencegahan kanker serviks, sehingga menyelamatkan banyak nyawa perempuan.

Postingan populer dari blog ini

POST NEWS PRA BToPH 1

POST NEWS PRA BTOPH 4

Ritual Ramadan